Teruntuk Ayah

Ayah….

Sebuah kata yang sebenarnya (seharusnya) tidak asing lagi bagi kita. Betapa tidak, sekarang atau bahkan sejak dulu kita lebih sering mendengar kisah-kisah seorang anak yang begitu berkesan dengan kasih sayang seorang ibu. Sampai-sampai kita sering memperingati Hari Ibu, Hari Perempuan, Hari Kartini , bahkan Hari Anak juga diperingati.

Mana pernah kita mendengar peringatan hari khusus untuk ayah. Memang hal ini terdengar kurang adil, mengingat peran ayah sebagi kepala keluarga, pencari nafkah dan sebagainya seakan-akan dianggap kurang penting.

Di tengah berkecamuk pemikiran dan ego di dalam tubuh ini (soalnya saya juga seorang ayah, he..he..) datang taushiyah yang menyejukkan dari seorang teman…

Kita harus ikhlas berperan sebagai seorang ayah… Nafkah yang kita cari adalah untuk istri dan anak kita juga, untuk kebahagian mereka.. Jangan menuntut untuk berterima kasih, disanjung, dipuji atau bahkan minta diperingati.. Saya khawatir, nanti justru mengurangi bahkan menghilangkan keikhlasan kita sebagai ayah. Karena sejatinya pujian, peringatan dan penghargaan hanyalah milik Allah azza wa jalla. Seharusnya kita malu mengambil milik Allah tersebut. Biar Allah azza wa jalla saja menyematkan pujian itu di akherat kelak…

Subhanallah…. Astaghfirullah… Jazzakallah akhi atas taushiyahnya… Semoga menjadi penyemangat buat para ayah yang tetap istiqomah ikhlas berjihad mencari nafkah bagi keluarga tercinta.. Amin.